Cincin Langit Perak (Prolog)


            “Shhhh..” Angin dingin mendesah lembut di balik jendela.
Saat itu, bulan September baru saja merentangkan sayapnya yang ceria. Setahun dua bulan di negeri sakura merupakan pengalaman yang sibuk dan penuh gairah bagi Ichi Lim. Sibuk dengan kuliah, kerja paruh waktu, dan pengalaman-pengalaman baru di negara yang diimpikannya dari kecil ini merupakan pengalaman yang menggairahkan bagi Ichi.
            Terlalu banyak kesibukan. Terlalu banyak semangat. Terlalu banyak mimpi. Terlalu banyak kebahagiaan dan penghargaan.
            Kadang-kadang kata-kata itu menghantui pikirannya. Dia berpikir mungkin suatu pagi dirinya akan terbangun dan tiba-tiba kehilangan itu semua. Hal itu membuatnya terkadang merasa sendiri dan putus asa di malam hari. Namun, dia adalah orang yang sangat bersemangat mengejar mimpi. Dia orang yang ceria dan selalu mengingatkan dirinya untuk berusaha sebaik-baiknya ketika Tuhan berbaik hati dan memberikan jalan baginya untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Oleh karena itu, dia mempelajari banyak hal. Tentang alam dan kebudayaan Jepang, tentang teknologi yang mampu menambah wawasannya, tetapi tidak terlalu berat, membandingkan hal-hal sederhana seperti cara berpakaian atau menyapa orang lain, dan hal yang paling disukainya adalah mempelajari tentang masakan-masakan Jepang yang sebenarnya beberapa jenis tidak sanggup ditelannya karena terlihat mentah.hal itu menyebabkan dia tidak memiliki waktu terbuang karena dia memiliki hal yang diminati setiap waktu. Hal itu juga membuatnya melupakan kesendirian dan ketakutan dalam dirinya.
            Untuk menyelesaikan laporan-laporannya, terkadang Ichi mempunyai senjata rahasia, yaitu sahabat-sahabatnya yang berada di beberapa negara. Sama seperti dirinya, mereka akan bersedia membantu jika Ichi memerlukan bantuan data maupun dokumentasi foto dari Indonesia, Vietnam, atau Thailand. Hal itu membuat presentasi kuliahnya terlihat lengkap dengan data-data dari situs atau badan resmi.
            Jam weker berdering. Gadis berambut panjang itu seketika terduduk dalam gelap. Mengambil sikap diam dan mematung sejenak. Gadis yang sebenarnya sedang melantunkan doa pribadi ini pun segera melipat selimut dan buru-buru mengambil handuk.
            Gadis yang terlihat ceria itu mengeluarkan sarapan. Teman sekamarnya, Miko dan Jesica, bergabung untuk sarapan hangat yang sudah menu wajib mereka karena menjadi langganan dengan restoran kecil di bawah. Setelah memenuhi mapnya dengan beberapa file dan cd bahan presentasi mereka berangkat dengan berjalan kaki dan menaiki kereta yang menghantarkan mereka ke universitas Keio. Beberapa saat kemudian, patung setengah badan Yukichi Fukuzawa menyambut mereka di depan kampus. Wajah kaku itu selalu terlihat cerdas di mata Ichi, tetapi Ichi selalu tidak ingin menatapnya terlalu lama. Karena menurutnya, dia belum sepercaya diri tokoh pendidikan itu. Dan, menurutnya, itu berbeda. Hanya saja Ichi sendiri tidak tahu menerangkan kalimat yang terakhir dan sama sekali tidak ingin memikirkannya. Sambil menghirup udara segar, Ichi menarik tangan Jesica supaya bergegas. “C’mon girls!” Miko menyusul sambil menyetarakan langkah.
            Sepertinya hari yang cerah sangat mempengaruhi gadis imut itu. Presentasi kuliahnya berhasil mendapatkan nilai sempurna. Resumenya yang memusatkan perhatian pada penggunaan mercuri pada produksi emas dan cara penyajiannya yang menarik membuat semua mahasiswa bertepuk tangan dan dosennya kagum.
            Miko dan kawan-kawan langsung mendekat untuk mengucapkan selamat. Mereka bergerak menuju rumah makan yang sama untuk makan siang bersama. Dup tanpa nasi. Mereka melewati Pancake shop karena beberapa orang dari mereka tidak dapat hMereka memilih meja panjang untuk face to face lunch.
            “Itadakimasu!”
Baru saja mengangkat sendok pertama untuk memasukkan makanan ke dalam mulut, ponselnya berdering. Dia segera bergegas ke luar untuk menjawab telepon dari adiknya.
            Dia tersenyum. Ada banyak hal yang ingin diceritakannya pada adiknya, juga pada ibunya. “Hallo, Ra?”
            Tidak ada jawaban.
            “Halo? Ra?”
            “Chi! Ini aku Anita.”
            Senyum di wajah Ichi tiba-tiba menghilang. “Anita?” Ichi memandang layar ponselnya dengan lebih teliti. “Bukannya ini nomor Rara?” keningnya sedikit berkerut.
            “Hmm..begini. bagaimana, ya, cara terbaik menyampaikannya?” Anita terdiam sejenak. Ichi menanti dengan gelisah dan kurang sabar. Perasaannya tiba-tiba menjadi sangat tidak enak. “ Terjadi banjir di sini. Lebih tepatnya banjir bandang… dan ibumu sakit. Aku tidak ingin mengatakan ini, tetapi…”
Ichi merasa tengkuknya dingin dan mengeras.
“Sebenarnya, aku rasa keadaan ibumu sangat parah. Jadi, kamu bisa memikirkan apakah membawa pulang semua barang-barangmu atau tidak. Yang pasti kamu harus segera pulang.”
“Tunggu. Separah apa?”
“Sebenarnya, ibumu…”
“Ibu…” tenggorokannya tercekat. “Ibu… maksudmu ibu telah…?”
“Ya. Kamu mengerti maksudku.”
            Ichi merasa waktu terasa seperti khayalan. Tidak nyata. Seiring jarum jam yang terus berputar, otaknya mulai mencerna kenyataan pahit itu secara perlahan. Kata-kata Anita justru menyiratkan berita yang paling buruk yang berusaha ditolaknya dalam hati. Cukup lama, Ichi terbengong dan tidak lagi menyadari di mana sebenarnya dia berada. Ichi menggeleng-gelengkan kepala.
            “Nit, kamu bicara apa sebenarnya? Aku ga ngerti,” terdengar tangisan Anita di seberang sana kemudian menjadi samar dan menghilang bagai mimpi. “Aku…serius. Aku ga suka caramu bercanda.”
            Mata Ichi terasa pedas, tetapi dia tidak menangis. Hatinya sakit dan pedih, tetapi dia belum menangis. Mungkin belum ingin. Atau, dia belum tahu ekspresi seperti apa tepatnya yang harus ditunjukkannya di negeri asing ini. Baru saja dia dapat pengakuan dan nilai terbaik dari dosen-dosennya, dia sudah kehilangan mimpinya. Meskipun dia belum diwisuda, rekomendasi dosennya akan mampu membawanya bekerja di perusahaan-perusahaan ternama sambil tetap melanjutkan kuliah. Jadi, selain mendapat beasiswa, dia seharusnya dapat menghasilkan uang tambahan lebih banyak dari tempat kerja paruh waktunya. Seharusnya, dia akhirnya bangga karena akan mulai mengirim uang hasil keringatnya sendiri meskipun jumlahnya tidak banyak.
            Apakah saatnya memikirkan itu? Ichi memaki dirinya. Ketakutannya selama ini ternyata benar. Kehidupan yang singkat di sini terasa palsu dan terlalu sempurna untuk dirinya yang hanya manusia biasa.
            Kini Mereka yatim piatu. Ada tiga orang adik yang membutuhkan dirinya sebagai tulang punggung keluarga. Dia, yang baru saja kehilangan orang yang paling berharga dari dirinya sendiri, yaitu sang ibu.
Sesuatu yang lembut dan dingin mengenai wajahnya. Ichi melihat ke langit dan menemukan butiran salju pertamanya. Salju pertama yang begitu dinanti-nantikannya ternyata tidak terasa menyenangkan. Salju yang begitu diimpikannya sejak kecil seperti rasa lapar ternyata tidak mengenyangkan keinginannya. Salju ini melambangkan kengerian. Pembunuh semangatnya. Saksi atas lunturnya kepercayaan diri seorang gadis pemimpi seperti dirinya. Dan, dia kali ini merasa sangat, sangat kesepian. Jauh lebih parah dari yang sebelumnya.
            “Bu… Ibu! “ bisiknya putus asa. Rasanya dia tidak memiliki kuasa untuk mengendalikan anggota tubuhnya.
            Ichi merasa kesepian di tengah-tengah keramaian. “Ibu..” dia mulai terisak. “Ma…Uma!”
            “Hei, kamu baik-baik saja?” Seorang pria yang kebetulan lewat bersama seorang temannya memungut ponsel Ichi yang tergeletak di antara butiran salju tipis dan tanah lembab. Pria itu menduga bahwa gadis di hadapannya sama sekali tidak mendengarkannya karena tidak ada respon yang terlihat. Baik dari ekspresi maupun dari gerakan. Jadi, dia memutuskan untuk memasukkan ponsel itu ke kantong sweater-nya.
            “Ada apa dengannya?”
            Dia hanya mengangkat bahu. “Entahlah.”
            Ichi mendengarnya. Dia bahkan tidak tahu bahasa apa yang digunakan kedua orang itu. tetapi, dia mengerti. Dia tidak peduli. Kedua orang yang berpenampilan seperti model itu pun tidak tahu harus mengatakan apa melihat gadis itu berjalan dengan mata sembab, tetapi seakan kehilangan kesadaran. Sepanjang perjalanannya yang tertatih di kereta dan berjalan kaki ke kamarnya, dia hanya mampu menangis dan mengatakan dua kata. Ibu atau uma, yang merupakan kata lain dari ibu. Kemudian, wajah adiknya bergantian memenuhi pelupuk bayangnya. Jadi, kami adalah anak yatim piatu sekarang. Kalimat itu tidak luntur dari pikirannya hingga Miko dan Jesica menemukannya tertidur di lantai.
            “Ichi-san?”
Ichi tebangun dan tidak mengatakan apa-apa. Miko dan Jesica sendiri tidak tahu. Mereka tidak mampu memaksa Ichi bercerita saat melihat gadis itu berjalan seperti mayat hidup. Dan tragisnya, dia tidak sempat bertemu dengan orang yang dicintainya untuk terakhir kalinya.
            Apa yang akan manusia perbuat ketika Tuhan sudah menggariskan nasib?



#OneDayOnePost
#EstrilookCommunity
#Day19

PETANI YA BERTANI!




SEORANG PETANI MELETAKKAN BAKUL BERISI CABAI LALU DUDUK. TOPI LEBARNYA DIBUKA KEMUDIAN DIGUNAKAN UNTUK MENGIPAS WAJAHNYA YANG BERKERINGAT. TERDENGAR SUARA SIULAN. KEMUDIAN, SEORANG PETANI JAHE KEMUDIAN MUNCUL AGAK JAUH SAMBIL MERATAKAN JERAMI.

PETANI CABAI:      
Panas kalilah udara ini. (menggerutu). (mengambil cangkir lalu mengangkat kepala dan badan sedikit) Lae Hotman!  LAE! (mengangkat cangkir). Minum dulu Lae! Istirahat kita.

PETANI JAHE:
(berdiri sambil meluruskan punggung) banyak air minummu lae? (mendekati Rahmat)

PETANI CABAI:
Oh, banyak Lae. Tidak usah lae bawa lagi termos yang panas itu. sudah panas nakin terbakarlah nanti kita. Ada rokok lae di situ?

PETANI JAHE:
Ah, merokok lagi kata lae? Sudah terlalu banyak asap yang ada di udara ini. Tak usahlah kita tambahi lae. (melirik ke bakul tempat cabe).
Bah… sudah keluar rupanya panen pertama, ya? (membuka jaket lalu meletakkannya di samping).

PETANI CABAI:
Ah… belum bisa dibilang panen ini. Begini saja hasilnya. Masih sedikit!

PETANI JAHE:
Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit lae. Namanya juga panen pertama. Lagi pula lae masih memetik satu baris ini saja kan lae?

PETANI CABAI:
Iya, memang. Hanya saja, kemarau dan kabut asap ini mengkhawatirkan sekali. walaupun sudah terlihat bagus, kita tidak tahu kapan akan berubah tiba-tiba. Ah… tetapi yang penting aku sudah merawat dengan baik. Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi. Lae sendiri menanam apa? untuk apa jerami padi itu?

PETANI JAHE:
Itu? (menunjuk ke kejauhan) Lae tidak tahu apa itu? itu mulsa lae. Aku sedang menanam jahe. Biasalah! Belajar jadi petani. Permulaanlah!

PETANI CABAI):
Hahaha…tidak lae kenal apa itu mulsa? Terlalu lama Lae yang merantau itu. dengar lae…(memukul tanah) mulsa itu dari plastik. Bukan dari jerami. Lagipula tanaman jahe sudah tumbuh subur meskipun hanya ditanam begitu saja.

PETANI JAHE):
Mulsa alami ini lae. Coba lihat fungsinya! Meminimalisir pertumbuhan gulma atau rumput liar, mencegah berkurangnya pupuk dan erosi tanah akibat hujan, menyeimbangkan suhu tanah, melindungi tanaman  dari serangan hama dan penyakit, mengurangi penguapan terutama di musim kemarau ini, sama bukan? Penting memang! Tapi, mulsa plastik memang tidak akan baik untuk jahe karena akarnya tidak dapat menembus bahan plastic sehingga rimpang jahe tidak akan busuk dan hasilnya optimal. Kalau ke cabe lae, cocoklah mulsa plastik!

PETANI CABAI:
Bah… darimana pula lae dapat informasi-informasi itu?

PETANI JAHE:
Lupa lae kalau anakku yang nomor empat, si Parlaungan bekerja di dinas pertanian? Tinggal kuteleponlah. Lagipula zaman sekarang semua ada di internet.

 PETANI CABAI:
Internet? Ajarilah dulu. Semua saja petani garoga ini diajari pakai internet. Kalau ke dinas pertanian, agak malas aku pergi. Jauh sekali kurasa rumahku! Satu jam! Sudah berapa lebar yang kukerjakan selama itu! Kalau boleh ditanya permasalahan pertanian lewat handphone maulah aku!

PETANI JAHE:
Janganlah malas lae! Oh, iya. Internet bisa diakses lewat handphone. Mintalah handphone lae! (mengulurkan tangan) bah…Hp canggih rupanya Hp lae ini. Bisalah ini! Ada pulsanya lae?

PETANI CABAI:
ada…ada! (mendekat)
TERDENGAR SUARA DUA ORANG SEDANG BERCAKAP-CAKAP DARI PELAN MENJADI KERAS. KEMUDIAN, DUA ORANG PETANI LAIN MASUK. MEREKA MENGHAMPIRI RAHMAT DAN HOTMAN YANG ASYIK MENATAP LAYAR HP.

PETANI KARET :
Oi, lae! (menepuk bahu petani cabai)

PETANI CABAI DAN PETANI JAHE:
OU!!! (keras karena terkejut)

PETANI JAGUNG            :
Mencurigakan kalian main fesbuknya kalian?

PETANI JAHE:
Bukan amang! Sedang mengajari lae ini supaya bisa memakai internet dari hpnya.

PETANI KARET :
Bagus itu lae Rahmat. Dari dulu pun aku sudah tahu itu, diajari si Melky, anakku yang di SMA Negeri 1 Garoga itu. Tapi, lae memang biasanya tidak mau bertanya atau ikut penyuluhan. Malas kali lae ini.

PETANI CABAI:
Itulah. Darimana lae sama tulang rupanya? Macam ganteng kalilah kulihat?

PETANI JAGUNG            :
Nah, kami dari balai desa. Ada penyuluhan tadi dari dinas pertanian. Aku ajak bere kemarin, tapi tidak mau. Sayang kalilah. Kami sudah membentuk kelompok tani supaya lebih mudah saling bertukar informasi, dapat mencari cara-cara bertani dan hingga pascapanen. Semua dapat dibicarakan dan diterapkan. Bisa lagi dapat bantuan dari pemerintah. Dapat bibit jagung pula. Bibit unggul bere. Tahan hama dan penyakit.

PETANI CABAI:
Yang hebatlah itu tulang? Kalau lae Nasib mendapat apa?

PETANI KARET :
Dapat bantuan pupuk lae. Tapi, lagi mengusul bibit tanaman karet yang unggullah ini seperti yang dulu itu. kalau, Si Ronas yang tinggal di ujung jalan itu, lain lagi. 1 hektar lahannya jadi bahan percontohan di desa kita. Menggunakan benih padi unggul dan teknik bertani modern. Selain itu, enggunakan alat pertanian canggih serta pupuk dan pestisida yang bagus kualitasnya. Tidak tahulah, jadi atau tidak dicoba sistem pengairan pipa itu. ah, kita tanya saja nanti si Ronas. Beruntunglah dia.

PETANI JAHE:
Bagus itu! Memang benar katanya tanah Garoga ini tanah subur. Bahkan, sampai disebut-sebut tanah surge. Akan tetapi, hasil panen dari daerah lain malah lebih melimpah akibat pemanfaatan lahan yang kurang optimal dan kurangnya kemauan masyarakat untuk menghasilkan pertanian yang bagus. Banyak lahan masih terlantar atau asal ditanami saja. Karena itu jugas aku tertarik untuk pulang ke sini setelah pensiun. Bertanilah dulu. Tentunya, dengan cara modern. Oh, iya. masih bisa mendaftar menjadi anggota keompok tani kan?

PETANI KARET :
Oh, bisa! Banyak itu kelompoknya. Sekitar 66 kelompok tani. Ikut jugalah lae si Rahmat untuk jadi kelompok tani. Nanti tidak secapek ini lagilah lae bertanam cabai. Bisa diratakan tanah lae ini dengan traktor, diajari cara membuat kompos yang bagus, supaya tidak capek lae mencabuti rumput setiap hari, pakai mulsalah. Yang plastik boleh. Atau seperti yang di ladang lae Hotman ini. Kulihat ada pula beberapa tanaman cabai lae yang agak kuning daunnya. Boleh konsultasi lae!

PETANI CABAI:
Ah, betul kalilah itu lae. Menyesal aku tidak ikut selama ini. Supaya mantap hasil panenku dan banyak uangku. Bisalah kukuliahkan semua anakku.

PETANI JAGUNG            :
Baguslah bere. Hanya saja memang masih perlu dipikirkan mengenai infrastruktur jalan ini supaya kita mudah menjual langsung hasil panen kita ke kota, jadi pasti lebih mahal. Atau, sebaiknya dibukalah koperasi pertanian dengan bantuan dana dari pemerintah supaya harga bisa ditahan. Tidak jatuh. Sial rasanya ketika panen tiba-tiba harga jatuh. Rasanya jadi kurang bersemangat untuk panen. Tetapi, inilah yang akan diusulkan dan hal-hal lain yang dianggap menguntungkan untuk petani.

PETANI KARET :
Kalau di negara-negara maju, sudah canggih-canggih kulihat alat pertanian. Teknologi tinggi.

PETANI JAHE:
Kulihat juga itu di televisi. Sudah ada  mesin penanam padi. Menanam satu hektar menjadi sebentar saja.

PETANI KARET :
Ada juga traktor penyemprot pestisida. Bahkan helicopter. Ah, iri aku.

PETANI JAGUNG            :
Bedalah itu. kita di Garoga. Masih terpencil kita. Doakanlah supaya suatu saat kita semodern mereka. (memperbaiki cara duduk).

PETANI JAHE:
Jadi, kapan lagi pertemuan dengan PPL Pertanian Garoga? Kalau boleh, mau minta bibit jahe jugalah aku amang! Mau kucoba pertanian campuran. Kutanam nanti tanaman cabe diantara tanaman jaheku. Biar saingan dengan lae Rahmat. Saingan sehat lae.

PETANI JAGUNG            :
Dua minggu lagilah itu. pas minggu kedua bulan November. Selain pertanian campuran, katanya, rotasi tanaman juga perlu. Kulihat cabai saja yang ditanam bere ini dari dulu. Padahal, pergantian tanaman dapat memperbaiki struktur tanah.

PETANI CABAI:
Apa lagi fungsinya tulang? Makin tertarik aku!

PETANI JAGUNG:
Ah... tak terlalu pandai aku menerangkan itu. Datanglah kalian kalau ada penyuluhan atau pertemuan!
ADA TELEPON MASUK.
Hallo! Iya… Pak. Sudah? Oh terima kasih pak. Iya…iya Pak. Minggu depan ya Pak. Baik. terima kasih pak. (memasukkan hp ke dalam kantong.) Kami lanjutlah dulu. Mau kuperiksa dulu apakah jagungku sudah bisa dipanen? Siapa tahu memang bisa didatangkan alat pemipil jagung itu nanti? Sudah diusulkan katanya ke Bapak Bupati. Rencananya kuolah macam-macam nanti jagungku barulah kujual. Supaya lebih menambah nilai ekonomi. Maju kita Taput ini. Dimulai dari kita para petani. Apalagi kalian yang muda-muda ini, tidak boleh kalah dengan kami yang sudah tua.

PETANI CABAI:
Diolah jadi jus jagunglah tulang. Haha

PETANI JAGUNG           :
Ah, jus jagung ma ho. Jus cabai saja tidak kau sajikan dari tadi. Pergilah kami. (berdiri sambil mengibaskan tanah dari celana).

PETANI CABAI:
Bah..lupa kali aku tulang. (malu) kubuatkanlah minum tulang ya?

PETANI JAGUNG            :
Ah, bercandanya aku. Si Nasib ini punsudah tidak sabar ingin mempersiapkan lahan untuk menanam bibit unggul dari pemerintah itu. pastinya ditebang dululah yang sudah tidak menghasilkan bukan? (berjalan diikuti Nasib) Horas ma. Ayo!
TERDENGAR SUARA SUATU BENDA YANG JATUH. RAHMAT SEGERA BERLARI. HOTMAN HANYA MENONTON SAMBIL MENGHABISKAN MINUMNYA.

PETANI JAHE:
Ada lae?
RAHMAT MASUK LAGI. DENGAN LEMAS DUDUK KEMBALI DI SEBELAH HOTMAN.

PETANI CABAI:
Tidak ada lae. Hanya durian yang mengkal. Memang betul-betul harus ikut perkembangan zamanlah aku. Harus banyak belajar siapa tahu buah durian kesayanganku itu bisa berbuah sekali sebulan. (Mencabuti rumput kecil-kecil di sebelah kakinya).

PETANI JAHE:
(tersenyum lalu berdiri). Aku pun pergilah dulu lae. (menggerakkan pinggang). Masih banyak mulsa jerami yang harus kupasang. Sebentar lagi istriku datang bawa bekal makan siang, mampirlah lae ya. Biar makan sama-sama kita. (setengah berbisik) Enak ikan kami.

PETANI CABAI:
Iya lae. (membereskan cangkir.)

HOTMAN KEMBALI BEKERJA DI LADANGNYA. RAHMAT MENGANGKAT BAKUL BERISI CABAI LALU KELUAR.
SELESAI
HORAS!!!


#OneDayOnePost
#EstrilookCommunity
#Day18

TALI


Sebuah Drama
D. LUMBAN GAOL

I
PANGGUNG SIMPLE DAN SEDERHANA. Di panggung terletak gulungan tali. Di atasnya terletak sebuah kertas HVS. Terdengar sayup-sayup suara musik yang sedang populer, sayup-sayup terdengar dari radio transistor tetangga. Bunyi mangkuk yang dipukul berkali-kali. Tangis bayi, kemudian suara anak-anak yang belajar bicara, dan suara anak-anak bermain dan berkejar-kejaran. Dua orang anak berkejar-kejaran ke atas panggung lalu keluar. Suara semakin menjauh.  Lagu semakin keras.

Muncul Anak berseragam PAUD, membawa tas dan bontot. sambil setengah berlari dan melompat-lompat dengan gembira. Disusul anak SD, memanggil anak PAUD dan berjalan bersama. Berjalan ke panggung sambil bercerita. Mereka terhenti di depan tali.
Anak SD mengamati gulungan tali dengan serius. Anak PAUD membalikkan kertas HVS dan menunjukkan tulisan PENDIDIKAN. Aha!! Anak SD tersenyum dan mengambil tali. Anak PAUD memegang ujung tali. Anak SD membentangkan sedikit.

Musik berganti menjadi irama dance. Muncul Anak SMP dengan break dance, diikuti siswa SMA dengan SALTO, dan anak KULIAHAN dengan tari balet yang dramatis. Berurutan membentangkan tali masing-masing sekitar satu meter. Lalu terakhir, muncul seseorang dengan profesi tertentu menari ke tengah panggung. Mereka meletakkan tali secara memanjang. Kemudian semua tokoh keluar panggung.

Bergegas membuka pintu. Lalu terburu masuk, sembari membawa tas dan semua belanjaannya. Lalu bergegas menyalakan saklar lampu ruangan itu. Klak. Cahaya menerangi meja makan. Ia segera menuju meja itu. Tetapi kemudian termangu. Meja itu kososng. Hanya ada vas bunga. Ia memandangi meja makan yang melompong itu. Dengan lunglai menaruh tas bawaannya di kursi sebelahnya.


II
Tokoh I muncul dengan wajah terlihat segar. Ia bersiul-siul riang. Ia mengambil sepatunya. Mengelapnya dengan kain. Tiba-tiba membuat gerakan jatuh dan berguling ke sisi seberang panggung dan berpegangan pada tali. Tokoh I membuat gerakan mulut dan tangan meminta tolong tanpa suara. Muncul Tokoh II yang segera menarik Tokoh I dengan susah payah. Muncul Tokoh III membantu tokoh II menarik tokoh I. akhirnya Tokoh I berhasil naik dengan merayap di tanah, seakan-akan sedang memanjat tebing. Lalu akhirnya ketiganya berdiri. Tokoh I dipapah ke luar panggung.

III
Suara music terdengar kembali. Dari pelan ke keras. Tokoh IV dikelilingi KEMALASAN, KEMISKINAN, KEBODOHAN, KEBOBROKAN masuk dengan tarian. Lagu semakin keras ketika Tokoh IV dikeroyok. Tokoh IV terjatuh dan pingsan. Lalu terdengar music perang. Muncul tokoh-tokoh pendidikan berbaju putih atau bisa diganti dengan anak SD, SMP, SMA, dan KULIAHAN membentengi tokoh IV smabil membawa seutas tali. Ada gaya perang-perangan dalam tarian. Lalu diakhiri dengan masing-masing mengikat musuh dan menariknya keluar.


IV
JEDA SUNYI. Sampai terdengar suara batok kelapa atau alat pukul lain yang dipukul perlahan. Tokoh IV bangun perlahan sesuai dengan ketukan batok. Membuka buku dengan mengikuti irama. Tokoh MERAH muncul dengan tali merah dan tulisan KEBERANIAN, tokoh BIRU dengan tali biru dan tulisan KEBIJAKSANAAN, tokoh PUTIH dengan tali putih dan tulisan KEBAIKAN, dan tokoh hijau dengan tali hijau dan tulisan KEMAKMURAN. Lalu mereka berputar mengikuti pukulan batok kelapa yang semakin cepat dilanjutkan tarian suka cita. Tokoh pendidikan masuk dengan gerakan acrobat. KEBERANIAN, KEBIJAKSANAAN, KEBAIKAN, DAN KEMAKMURAN menutupi Tokoh IV yang menari sambil membaca buku bersama tokoh pendidikan. Tiba-tiba KEBERANIAN, KEBIJAKSANAAN,bergeser ke kiri dan KEBAIKAN, KEMAKMURAN bergeser ke kanan secara bersamaan sambil menarik kain lebar dan panjang bertulisan “Selamat Hari Guru”. Tokoh IV ada di atas piramid tokoh pendidikan sambil memegang buku dan piala. Lalu Tokoh I, II, III meniup peluit dengan suara panjang dari berbagai arah sambil pura-pura mengukur jalan di depan penonton dengan tali.

SELESAI

#OneDayOnePost
#EstrilookCommunity
#Day17

PENTING DITANAMKAN PADA ANAK, PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DIMULAI DARI HAL BERIKUT


www.pixabay.com

            Seringkali kita mendengar orang-orang mengatakan, “ Aku demam. Pasti cuaca ini penyebabnya!” sebenarnya, pemikiran itu keliru. Penyakit bukan disebabkan oleh cuaca. Penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus atau kuman yang berasal dari prilaku tidak bersih dan tidak sehat yang kita terapkan dalam kehidupan kita.

            Untuk menjaga kesehatan, kita harus mau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Salah satu contohnya adalah  kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan dengan cara yang benar.

            Mencuci tangan adalah hal penting yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah penyebaran kuman dan infeksi. Ingat! Kuman ada di mana-mana! Salah satunya ada di tangan kita! Cucilah tangan secara teratur, seperti sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air, sesudah bermain, sebelum dan sesudah bekerja. Bahkan, ada lagunya, kan? Siapa yang tahu? Kita coba nyanyikan, ya!

Sebelum kita bekerja, cuci tangan dahulu
Setelah kita bekerja, cuci tangan kembali

            Nah, mencuci tangan pun ada aturannya. Mencuci tangan sebaiknya menggunakan sabun dan air bersih mengalir supaya kotoran dan kuman terangkat dan hanyut terbawa air. Masih ingat ciri-ciri air bersih? Pertama, jernih atau tidak berwarna. Kedua, tidak berbau. Ketiga, tidak berasa. Kalau sudah yakin airnya bersih, saatnya kita mencuci tangan dengan benar.

            Ada tujuh langkah mencuci tangan menurut WHO. Ayo, kita perhatikan dan praktikkan bersama-sama!

1.      Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir. Ambil sabun! Kemudian, usap dan gosok kedua telapak tangan dengan lembut.

2.      Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
3.      Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.
4.      Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.
5.      Gosok dan putar kedua kedua ibu jari secara bergantian.
6.      Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
7.      Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih.

Demikian salah satu contoh prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang paling mudah dan sederhana untuk dilakukan, tetapi memegang peranan sangat penting untuk menjaga kesehatan kita terutama anak-anak yang masih aktif bermain.  Ayo, lakukan PHBS dengan mencuci tangan secara benar dan sehat!


#OneDayOnePost
#EstrilookCommunity
#Day 16

Putri Berambut Hijau


www.myfreewallpapers.net


            Pada zaman dahulu, ada seorang gadis desa bernama Aswy. Gadis sederhana yang cantik jelita itu sedang berjalan di pinggir hutan. Dia akan mengantarkan  bekal makan siang untuk kedua orang tuanya yang sedang bekerja di ladang. Biasanya, sambil menunggu mereka makan siang, Aswy biasanya akan memngerjakan apa saja yang bisa dikerjakan di ladang tersebut.

            Pada suatu hari, Aswy menolong seekor burung dari terkaman seekor ular. Burung itu ternyata  membawa cahaya dan sedang dalam perjalanan untuk menemui peri hutan. Untunglah, burung tersebut berhasil sampai di tempat tujuan sehingga semua mahkluk hidup yang ada di hutan itu tidak mati. Sang Peri Hutan mengucapkan terima kasih dan mengatakan bahwa kelak Aswy akan menjadi ratu dan mengandung seorang puteri cantik yang memiliki suatu keajaiban.

            “Keajaiban?”

            “Ya.” Peri itu menjawab. “Dia akan memiliki rambut hijau. Setiap helai rambutnya akan mengabulkan satu permohonan. Jadi, lindungilah dia dari orang-orang jahat. Jika tidak hati-hati, rambut ajaib itu akan mencelakainya.”

            “Apa yang harus saya lakukan?”

            “Sebenarnya, ular yang tadi ingin mencelakai burung cahaya adalah penyihir kegelapan. Dia sudah menelan tiga Pegasus ajaib dari peri langit, seekor anjing ajaib yang dapat memanggil pagi hari lebih cepat, dan seorang pangeran yang memiliki kesaktian menghilangkan bencana. Dengan menelan Pegasus, langit tidak lagi berwarna cerah. Dengan menelan anjing ajaib itu, pagi selalu terlambat. Maka kegelapan selalu lebih lama. Dengan menelan pangeran itu, bencana selalu tidak terhindarkan. Akan tetapi, aku akan memberikan cermin ajaib ini padamu. Semoga dapat melindungimu atau puterimu kelak dari marabahaya.”

            Setelah mengatakan hal itu, peri hutan pun menghilang dan tidak pernah terlihat lagi.

Satu bulan kemudian, Aswy bertemu dengan raja dan pengawalnya yang sedang berburu di hutan yang biasa dilewatinya. Beberapa minggu kemudian, raja melamarnya dan Aswy pun benar-benar menjadi seorang ratu.

Kemudian, lahirlah seorang putri yang memiliki rambut yang aneh karena rambut itu berwarna hijau seperti daun. Puteri itu sangat cantik, akan tetapi rambutnya yang memancarkan cahaya hijau itu membuat kulitnya terlihat seperti berwarna hijau. Sang puteri diberi nama Greency. Orang-orang memanggilnya puteri Peri Pohon karena sang puteri mengingatkan mereka pada peri hutan.

            Sang puteri tumbuh sangat cepat. Saat baru berumur satu tahun, dia memiliki badan sebesar anak 5 tahun. Tetapi, rambutnya tumbuh sangat lambat. Saat dia, berumur 2 tahun, tubuhnya sudah sebesar anak 7 tahun. Keluarga kerajaan menyembunyikan rahasia ini supaya tidak ada orang-orang yang ingin mencelakai sang puteri mahkota.

            Penyihir kegelapan yang jahat mengetahui keajaiban Greency. Akan tetapi, sang permaisuri selalu berada di dekat Greency dan melindungi mereka berdua dengan cermin ajaib. Akibatnya, segala sihir dan guna-guna tidak dapat mencelakai mereka. Penyihir juga tidak dapat menculik sang Puteri.

            Penyihir kemudian menyamar menjadi seorang pelayan dan mencampur makanan Ratu Aswy dengan makanan beracun sehingga semakin lama tubuhnya menjadi sakit dan lemah. Semakin hari, penyakitnya semakin parah. Sang Ratu menyadari bahwa dia mungkin akan segera mati. Ratu mengambil cermin ajaib dan menyerahkannya kepada Puteri greency. Saat itu pesan terakhirnya adalah, “Jagalah dirimu baik-baik. Terimalah cermin ini supaya kamu dapat terlindungi dari hal-hal jahat. Gunakan cermin ini saat kamu terancam bahaya.”

            “Ba…bagaimana cara menggunakannya, Ibunda Ratu?”

            Sebelum ratu sempat menjawab, istri raja tersebut sudah menghembuskan nafas terakhir. Seluruh kerajaan dan penduduk merasa berduka. Ratu terkenal sebagai seorang yang baik, ramah, dan suka menolong rakyatnya.

            Penyihir kemudian menyamar menjadi seorang Ratu dari kerajaan yang jauh. Dia mengaku bahwa sang Ratu yang meninggal adalah teman baiknya dan sang Ratu berpesan agar dia menjaga Puteri Greency.

“Apa buktinya?” tanya raja curiga.

Ratu palsu itu berbisik kepada raja, “Ratu Aswy memintaku untuk menjaga Puteri Greency karena dia memiliki keajaiban. “

Raja menjadi percaya. Raja juga berpikir bahwa Puteri Greency pasti memerlukan seorang ibu saat masa pertumbuhan. Raja kemudian menikahi Ratu Eros yang sebenarnya adalah jelmaan seorang penyihir jahat. Dia berpura-pura baik dan menunggu hingga rambut itu panjang. Akan tetapi, dia tidak tahu kalau Puteri Greency memiliki cermin ajaib pemberian Peri Hutan.

            Lima tahun kemudian, Greency sudah tumbuh besar. Dia sangat cantik, tetapi tetap berambut pendek dan berwarna hijau. Rambut itu tidak pernah dipotong akan tetapi panjangnya sekarang mulai mencapai bahu.

            “Sekarang rambut itu sudah cukup panjang untuk kupotong. Jadi, aku bisa menyimpannya untuk ratusan tahun. mungkin ribuan tahun. karena mungkin saja aku akan jarang menggunakan kekuatannya yang hebat.” Penyihir itu tertawa nyaring. “ Ibunya yang kebal sihir itu sudah meninggal. Aku akan memakai semua permohonan itu sesukaku.”

Suatu hari putri sedang berjalan mengelilingi kebun kerajaan yang sangat luas. Tiba-tiba seekor ular besar menyambar rambut putri. Putri berhasil menghindar Namun, dua helai rambut putri berhasil disambar oleh ular itu. Ketika ular itu, hendak menyambar badan putri lagi,  cepat-cepat dia mengeluarkan cermin peninggalan ibunya sehingga gigi ular itu hanya menggigit cermin yang bercahaya terang.

“Ah! Tidak! Cermin apa ini!”seru ular itu yang tiba-tiba berubah menjadi manusia.

“HAH! Ibu?” sahut putri tak percaya.

Tiba tiba si penyihir  terlempar jauh. Terdengar suara ledakan, kemudian Si penyihir telah berubah menjadi gua yang dari dalamnya keluar 3 ekor kuda putih bersayap,seekor anjing, dan seorang pemuda yang ternyata seorang pangeran.

Sang peri hutan tiba-tiba muncul. “Kamu berhasil mengalahkan penyihir jahat itu puteri.”

“Mengapa peri tidak mengalahkan sendiri penyihir itu?”

“Dia memberi sihir kegelapan kepada hutan. Oleh karena itu, aku tidak boleh meninggalkan hutan walau pun hanya sebentar. Selain itu, aku harus mengisi cahaya setiap hari ke dalam hutan. Burung-burung cahayalah yang mengantar cahaya kepadaku setiap hari.”

“Saya punya keinginan ibu peri.”

“Apa itu?”

“Saya ingin hidup normal. Biarlah rambut ajaib ini berubah menjadi rambut biasa. Saya ingin menjadi manusia biasa saja. Saya tidak ingin diincar orang-orang jahat karena memiliki rambut ajaib.”

“Kamu tidak akan menyesal?”

“Tidak!” jawab sang puteri dengan yakin.

Peri hutan menggerakkan tongkatnya ke rambut Puteri Greency. Rambut hijau itu  rontok semua lalu rambut hitam hitam panjang yang indah langsung tumbuh.

Sang pangeran melamar putri untuk menjadi istrinya. Mereka menjadi pasangan yang berbahagia hingga akhir hayatnya.


#OneDayOnePost
#EstrilookCommunity
#Day15

About Me

Seorang ibu muda, guru, penulis
Powered by Blogger.