Dunia dalam Kotak
Selamat
datang di duniaku yang mewah, tanpa jendela dan pintu
Sebab
yang kami punya adalah sudut untuk bersembunyi
Kami
memakan dinding, melukis dinding, mewarnai dinding, menghirup dinding
Ini
yang disebut kemewahan bukan?
Lihatlah
kami masuk televisi sebagai orang yang unik dan berbakat
Ada
suara yang kami dengar mengagung-agungkan nama kami di depan kamera dan
mikrofon
Ada
janji yang tentu saja membuat kami mabuk kepayang
Sebuah
tarian disodorkan diikuti kata-kata selamat
Nyatanya
kami tidak selamat
Kami
tetap di dunia yang megah ini
Tangan
kami terkunci di kantong
Dan
perut kami bergetar
Aku
lihat wajah kami begitu bahagia di koran hari ini dan katanya mirip artis
Hollywood
Kawan-kawan
bertanya tentang sambutan raja dan semua tarian yang memabukkan
Ya,
memabukkan memang. Memabukkan harapan kami yang lugu.
Beginilah
para tukang sulap pemakan dinding dalam kotak. Tetap berlindung di sudut. Tiada
guna punya uang. Tidak punya pintu dan jendela untuk keluar. Untuk apa? Makan
saja dinding yang sudah keropos itu. Biarkan sekarang mereka menikmati
singgasana dari acara fashion showmu!
Miris ya, kehidupan yang indah didepan orang lain bisa jadi sangat menyedihkan dibelakangnya.
ReplyDeleteBetewe, dinding2nya makan aja sampe habis biar bisa keluar dr situ, oops :D
Hahaha, saran yang menarik, Mbak
DeleteIni tentang kehidupan yang tak seindah yang terlihat, kan? Duh, seram.
ReplyDeleteDunia memang sering memabukkan ya... Apa yang tampak gemerlap dan menyenangkan kadang memang menyimpan pilu tersendiri.
ReplyDeleteKeren puisinya mbak Denny...
Wah betul mbak, kehidupan, seindah dandan segemer apapun kadang menyisakan ruang gelap yang tidak diketahui banyak orang
ReplyDeletePuisi tentang kehidupan dunia yang memabukkankah mbak ini? Kehidupan dunia mewah nan semu
ReplyDeleteSaya bacanya malah mengait ngaitkan dengan politik yang lagi booming mbak. Apa mungkin efek terlalu nonton banyak berita di TV ya? hehehe
ReplyDeleteDuh Mbak, maksud puisinya apa Ya? Kok aku gagal faham ya...tepok jidat dah...
ReplyDeleteSaya juga bacanya mengaitkan dengan kehidupan politik (menyoroti panggung politik) cuma ya kalau untuk memaknai puisi saya agak susah, dari dulu seperti itu😅
ReplyDeleteTapi puisinya keren lho Mbak, suka dengan diksinya
Seperti halnya artis dunia panggung politik pun penuh dengan sandiwara dan kita duduk hanya sebagai penonton menunggu untuk tepuk tangan dan tertawa, tetapi mereka sendiripun menderita sebenarnya, itu menurut pandangan saya melihat puisi mba
ReplyDeletebagus mbak puisinya :). dunia artis memang penuh sandiwara ya mbak, aku suka kasian dengan artis-artis muda yang kehidupannya siap disantap oleh masyarakat setelah melihat dia muncul di televisi :(
ReplyDeleteGalfok aku mb...
ReplyDeleteKupikir kehidupan di dalam kotak perhiasan..eh sampai akhir kubaca ada tukang sulap..hehe
Ealaaahh .. Ternyata ... Hihihi
ReplyDeletekeren puisinya mbak, bahasanya terangkai dan mengalir... saya sendiri belum bisa mendalami dan merangkai kata dalam bentuk puisi nih
ReplyDeletepuisinya bagus mbak.. keren nih, bisa merangkai kata jadi puisi gitu. saya nggak jago soalnya.
ReplyDeleteMakna puisinya bikin bertanya-tanya, nih. Karena pilihan diksinya emang asyik. Jadi ini tentang artis atau politik, ya? :)
ReplyDeleteDari awal menebak-nebak maksud puisi ini, apakah kita ini seperti pesulap ya?
ReplyDeleteSaya bukan penikmat puisi, agak gagal paham hihihiii...
ReplyDeleteMantap..mbak De nggak hanya pandai menukis kisah..tapi juga pintar merangkainpuisi indah. Semoga sukses selalu🤗
ReplyDelete