PETANI YA BERTANI!




SEORANG PETANI MELETAKKAN BAKUL BERISI CABAI LALU DUDUK. TOPI LEBARNYA DIBUKA KEMUDIAN DIGUNAKAN UNTUK MENGIPAS WAJAHNYA YANG BERKERINGAT. TERDENGAR SUARA SIULAN. KEMUDIAN, SEORANG PETANI JAHE KEMUDIAN MUNCUL AGAK JAUH SAMBIL MERATAKAN JERAMI.

PETANI CABAI:      
Panas kalilah udara ini. (menggerutu). (mengambil cangkir lalu mengangkat kepala dan badan sedikit) Lae Hotman!  LAE! (mengangkat cangkir). Minum dulu Lae! Istirahat kita.

PETANI JAHE:
(berdiri sambil meluruskan punggung) banyak air minummu lae? (mendekati Rahmat)

PETANI CABAI:
Oh, banyak Lae. Tidak usah lae bawa lagi termos yang panas itu. sudah panas nakin terbakarlah nanti kita. Ada rokok lae di situ?

PETANI JAHE:
Ah, merokok lagi kata lae? Sudah terlalu banyak asap yang ada di udara ini. Tak usahlah kita tambahi lae. (melirik ke bakul tempat cabe).
Bah… sudah keluar rupanya panen pertama, ya? (membuka jaket lalu meletakkannya di samping).

PETANI CABAI:
Ah… belum bisa dibilang panen ini. Begini saja hasilnya. Masih sedikit!

PETANI JAHE:
Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit lae. Namanya juga panen pertama. Lagi pula lae masih memetik satu baris ini saja kan lae?

PETANI CABAI:
Iya, memang. Hanya saja, kemarau dan kabut asap ini mengkhawatirkan sekali. walaupun sudah terlihat bagus, kita tidak tahu kapan akan berubah tiba-tiba. Ah… tetapi yang penting aku sudah merawat dengan baik. Tuhan yang tahu apa yang akan terjadi. Lae sendiri menanam apa? untuk apa jerami padi itu?

PETANI JAHE:
Itu? (menunjuk ke kejauhan) Lae tidak tahu apa itu? itu mulsa lae. Aku sedang menanam jahe. Biasalah! Belajar jadi petani. Permulaanlah!

PETANI CABAI):
Hahaha…tidak lae kenal apa itu mulsa? Terlalu lama Lae yang merantau itu. dengar lae…(memukul tanah) mulsa itu dari plastik. Bukan dari jerami. Lagipula tanaman jahe sudah tumbuh subur meskipun hanya ditanam begitu saja.

PETANI JAHE):
Mulsa alami ini lae. Coba lihat fungsinya! Meminimalisir pertumbuhan gulma atau rumput liar, mencegah berkurangnya pupuk dan erosi tanah akibat hujan, menyeimbangkan suhu tanah, melindungi tanaman  dari serangan hama dan penyakit, mengurangi penguapan terutama di musim kemarau ini, sama bukan? Penting memang! Tapi, mulsa plastik memang tidak akan baik untuk jahe karena akarnya tidak dapat menembus bahan plastic sehingga rimpang jahe tidak akan busuk dan hasilnya optimal. Kalau ke cabe lae, cocoklah mulsa plastik!

PETANI CABAI:
Bah… darimana pula lae dapat informasi-informasi itu?

PETANI JAHE:
Lupa lae kalau anakku yang nomor empat, si Parlaungan bekerja di dinas pertanian? Tinggal kuteleponlah. Lagipula zaman sekarang semua ada di internet.

 PETANI CABAI:
Internet? Ajarilah dulu. Semua saja petani garoga ini diajari pakai internet. Kalau ke dinas pertanian, agak malas aku pergi. Jauh sekali kurasa rumahku! Satu jam! Sudah berapa lebar yang kukerjakan selama itu! Kalau boleh ditanya permasalahan pertanian lewat handphone maulah aku!

PETANI JAHE:
Janganlah malas lae! Oh, iya. Internet bisa diakses lewat handphone. Mintalah handphone lae! (mengulurkan tangan) bah…Hp canggih rupanya Hp lae ini. Bisalah ini! Ada pulsanya lae?

PETANI CABAI:
ada…ada! (mendekat)
TERDENGAR SUARA DUA ORANG SEDANG BERCAKAP-CAKAP DARI PELAN MENJADI KERAS. KEMUDIAN, DUA ORANG PETANI LAIN MASUK. MEREKA MENGHAMPIRI RAHMAT DAN HOTMAN YANG ASYIK MENATAP LAYAR HP.

PETANI KARET :
Oi, lae! (menepuk bahu petani cabai)

PETANI CABAI DAN PETANI JAHE:
OU!!! (keras karena terkejut)

PETANI JAGUNG            :
Mencurigakan kalian main fesbuknya kalian?

PETANI JAHE:
Bukan amang! Sedang mengajari lae ini supaya bisa memakai internet dari hpnya.

PETANI KARET :
Bagus itu lae Rahmat. Dari dulu pun aku sudah tahu itu, diajari si Melky, anakku yang di SMA Negeri 1 Garoga itu. Tapi, lae memang biasanya tidak mau bertanya atau ikut penyuluhan. Malas kali lae ini.

PETANI CABAI:
Itulah. Darimana lae sama tulang rupanya? Macam ganteng kalilah kulihat?

PETANI JAGUNG            :
Nah, kami dari balai desa. Ada penyuluhan tadi dari dinas pertanian. Aku ajak bere kemarin, tapi tidak mau. Sayang kalilah. Kami sudah membentuk kelompok tani supaya lebih mudah saling bertukar informasi, dapat mencari cara-cara bertani dan hingga pascapanen. Semua dapat dibicarakan dan diterapkan. Bisa lagi dapat bantuan dari pemerintah. Dapat bibit jagung pula. Bibit unggul bere. Tahan hama dan penyakit.

PETANI CABAI:
Yang hebatlah itu tulang? Kalau lae Nasib mendapat apa?

PETANI KARET :
Dapat bantuan pupuk lae. Tapi, lagi mengusul bibit tanaman karet yang unggullah ini seperti yang dulu itu. kalau, Si Ronas yang tinggal di ujung jalan itu, lain lagi. 1 hektar lahannya jadi bahan percontohan di desa kita. Menggunakan benih padi unggul dan teknik bertani modern. Selain itu, enggunakan alat pertanian canggih serta pupuk dan pestisida yang bagus kualitasnya. Tidak tahulah, jadi atau tidak dicoba sistem pengairan pipa itu. ah, kita tanya saja nanti si Ronas. Beruntunglah dia.

PETANI JAHE:
Bagus itu! Memang benar katanya tanah Garoga ini tanah subur. Bahkan, sampai disebut-sebut tanah surge. Akan tetapi, hasil panen dari daerah lain malah lebih melimpah akibat pemanfaatan lahan yang kurang optimal dan kurangnya kemauan masyarakat untuk menghasilkan pertanian yang bagus. Banyak lahan masih terlantar atau asal ditanami saja. Karena itu jugas aku tertarik untuk pulang ke sini setelah pensiun. Bertanilah dulu. Tentunya, dengan cara modern. Oh, iya. masih bisa mendaftar menjadi anggota keompok tani kan?

PETANI KARET :
Oh, bisa! Banyak itu kelompoknya. Sekitar 66 kelompok tani. Ikut jugalah lae si Rahmat untuk jadi kelompok tani. Nanti tidak secapek ini lagilah lae bertanam cabai. Bisa diratakan tanah lae ini dengan traktor, diajari cara membuat kompos yang bagus, supaya tidak capek lae mencabuti rumput setiap hari, pakai mulsalah. Yang plastik boleh. Atau seperti yang di ladang lae Hotman ini. Kulihat ada pula beberapa tanaman cabai lae yang agak kuning daunnya. Boleh konsultasi lae!

PETANI CABAI:
Ah, betul kalilah itu lae. Menyesal aku tidak ikut selama ini. Supaya mantap hasil panenku dan banyak uangku. Bisalah kukuliahkan semua anakku.

PETANI JAGUNG            :
Baguslah bere. Hanya saja memang masih perlu dipikirkan mengenai infrastruktur jalan ini supaya kita mudah menjual langsung hasil panen kita ke kota, jadi pasti lebih mahal. Atau, sebaiknya dibukalah koperasi pertanian dengan bantuan dana dari pemerintah supaya harga bisa ditahan. Tidak jatuh. Sial rasanya ketika panen tiba-tiba harga jatuh. Rasanya jadi kurang bersemangat untuk panen. Tetapi, inilah yang akan diusulkan dan hal-hal lain yang dianggap menguntungkan untuk petani.

PETANI KARET :
Kalau di negara-negara maju, sudah canggih-canggih kulihat alat pertanian. Teknologi tinggi.

PETANI JAHE:
Kulihat juga itu di televisi. Sudah ada  mesin penanam padi. Menanam satu hektar menjadi sebentar saja.

PETANI KARET :
Ada juga traktor penyemprot pestisida. Bahkan helicopter. Ah, iri aku.

PETANI JAGUNG            :
Bedalah itu. kita di Garoga. Masih terpencil kita. Doakanlah supaya suatu saat kita semodern mereka. (memperbaiki cara duduk).

PETANI JAHE:
Jadi, kapan lagi pertemuan dengan PPL Pertanian Garoga? Kalau boleh, mau minta bibit jahe jugalah aku amang! Mau kucoba pertanian campuran. Kutanam nanti tanaman cabe diantara tanaman jaheku. Biar saingan dengan lae Rahmat. Saingan sehat lae.

PETANI JAGUNG            :
Dua minggu lagilah itu. pas minggu kedua bulan November. Selain pertanian campuran, katanya, rotasi tanaman juga perlu. Kulihat cabai saja yang ditanam bere ini dari dulu. Padahal, pergantian tanaman dapat memperbaiki struktur tanah.

PETANI CABAI:
Apa lagi fungsinya tulang? Makin tertarik aku!

PETANI JAGUNG:
Ah... tak terlalu pandai aku menerangkan itu. Datanglah kalian kalau ada penyuluhan atau pertemuan!
ADA TELEPON MASUK.
Hallo! Iya… Pak. Sudah? Oh terima kasih pak. Iya…iya Pak. Minggu depan ya Pak. Baik. terima kasih pak. (memasukkan hp ke dalam kantong.) Kami lanjutlah dulu. Mau kuperiksa dulu apakah jagungku sudah bisa dipanen? Siapa tahu memang bisa didatangkan alat pemipil jagung itu nanti? Sudah diusulkan katanya ke Bapak Bupati. Rencananya kuolah macam-macam nanti jagungku barulah kujual. Supaya lebih menambah nilai ekonomi. Maju kita Taput ini. Dimulai dari kita para petani. Apalagi kalian yang muda-muda ini, tidak boleh kalah dengan kami yang sudah tua.

PETANI CABAI:
Diolah jadi jus jagunglah tulang. Haha

PETANI JAGUNG           :
Ah, jus jagung ma ho. Jus cabai saja tidak kau sajikan dari tadi. Pergilah kami. (berdiri sambil mengibaskan tanah dari celana).

PETANI CABAI:
Bah..lupa kali aku tulang. (malu) kubuatkanlah minum tulang ya?

PETANI JAGUNG            :
Ah, bercandanya aku. Si Nasib ini punsudah tidak sabar ingin mempersiapkan lahan untuk menanam bibit unggul dari pemerintah itu. pastinya ditebang dululah yang sudah tidak menghasilkan bukan? (berjalan diikuti Nasib) Horas ma. Ayo!
TERDENGAR SUARA SUATU BENDA YANG JATUH. RAHMAT SEGERA BERLARI. HOTMAN HANYA MENONTON SAMBIL MENGHABISKAN MINUMNYA.

PETANI JAHE:
Ada lae?
RAHMAT MASUK LAGI. DENGAN LEMAS DUDUK KEMBALI DI SEBELAH HOTMAN.

PETANI CABAI:
Tidak ada lae. Hanya durian yang mengkal. Memang betul-betul harus ikut perkembangan zamanlah aku. Harus banyak belajar siapa tahu buah durian kesayanganku itu bisa berbuah sekali sebulan. (Mencabuti rumput kecil-kecil di sebelah kakinya).

PETANI JAHE:
(tersenyum lalu berdiri). Aku pun pergilah dulu lae. (menggerakkan pinggang). Masih banyak mulsa jerami yang harus kupasang. Sebentar lagi istriku datang bawa bekal makan siang, mampirlah lae ya. Biar makan sama-sama kita. (setengah berbisik) Enak ikan kami.

PETANI CABAI:
Iya lae. (membereskan cangkir.)

HOTMAN KEMBALI BEKERJA DI LADANGNYA. RAHMAT MENGANGKAT BAKUL BERISI CABAI LALU KELUAR.
SELESAI
HORAS!!!


#OneDayOnePost
#EstrilookCommunity
#Day18

0 comments:

Post a Comment

About Me

Seorang ibu muda, guru, penulis
Powered by Blogger.