Dunia Wanita, Berada di Mana Saat Ini?



            Selamat hari Perempuan sedunia! Jangan tertawa hanya karena sekarang bukanlah tanggal yang pas untuk merayakan hari perempuan sedunia. Bukan tanggalnya, tetapi maknanya. Makanya saya rasa saya bebas mengatakan kapan saja untuk mengingatkan kita akan berharganya diri kita sebagai perempuan.

             Selamat hari perempuan! Ucapan ini saya tujukan untuk saya sendiri sebagai perempuan dan semua perempuan di seluruh dunia yang saya yakin memiliki harapan yang sama dengan saya, yaitu dihormati dan diberikan kesempatan untuk bersuara sebagai pribadi yang mempunyai impian. Hari ini adalah hari yang membahagiakan buat kita semua. Semoga hari ini juga dapat menjadi semangat yang tidak akan pernah padam untuk kita terus berkarya.

Tak kenal, maka tak sayang. Pepatah lama ini mungkin dapat saya gunakan untuk membuka kembali anggapan dan persepsi masing-masing mengenai kaum perempuan.

Perempuan adalah makhluk istimewa yang diciptakan oleh Sang Pencipta dengan tujuan hidup berpasangan dengan laki-laki. Perempuan pula yang melahirkan dan membesarkan kita. Perempuan yang lembut, tetapi tangguh tersebut diambil dari rusuk laki-laki sehingga otomatis perempuan sederajat sekaligus sangat berperan istimewa dalam hidup laki-laki. Tetapi, apa jadinya mahluk istimewa tersebut diperlakukan dengan semena-mena? Ya, saat ini masih banyak kasus KDRT dan kasus-kasus lain yang menempatkan perempuan di posisi yang tidak menyenangkan. 

Manusia dilahirkan sama, tanpa baju, pangkat, status, ataupun jabatan. Hanya saja, lingkungan yang berbeda-beda menyebabkan perbedaan-perbedaan status, sosial, cara hidup, dan perlakuan-perlakuan yang didapat. Contohnya, perlakuan yang diterima oleh seorang perempuan yang lahir di pedesaan mungkin akan berbeda dengan seorang perempuan yang lahir di perkotaan. Hal ini tidak lepas dari keadaan lingkungan yang cukup berbeda. Pedesaan masih erat dengan kultur budaya setempat, tetapi di perkotaan mungkin cenderung memperlakukan perempuan lebih keras sesuai tingkat hidup yang juga keras. Akan tetapi, sejauh yang saya amati, di pedesaan pun ada penyakit tersendiri. Ada suami-suami yang tahan berada di kedai dari pagi hingga malam tanpa memedulikan istrinya yang mengurus masalah rumah, mengurus anak-anak, dan mencangkul di ladang sambil menggendong anak.

            Secara garis besar, banyak adat budaya, tradisi,  dan aturan agama yang dijadikan sebagai alasan menomorduakan perempuan. Banyak bidang yang dianggap tidak cocok untuk perempuan tanpa melihat kemampuan pribadi orang yang bersangkutan. Ada batasan-batasan yang diberikan kepada perempuan dalam mengambil keputusan, bidang pekerjaan, jabatan atau kedudukan,  pendidikan, dan lain-lain. Sebagai contoh dalam bidang pendidikan, masih banyak lapisan masyarakat yang menganggap perempuan  tidak perlu sekolah tinggi dengan alasan bahwa perempuan akan tetap kembali ke dapur, memasak, dan mengurus anak. Tragis sekali! Apakah perempuan lahir dengan kutukan tidak boleh mengejar impian masing-masing?

            Memang bekerja di dapur bukan paksaan. Mungkin hal ini juga diakibatkan oleh fisik perempuan yang lebih lemah dari laki-laki. Akan tetapi, semua manusia, laki-laki atau perempuan, boleh memasak, boleh mencuci, dan boleh mengurus anak. Semua orang berhak menggeluti bidang pekerjaan yang diminati sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tidak ada salahnya menguji kemampuan pribadi seseorang sesuai standar kerja suatu perusahaan tanpa menempel label “perempuan” kecuali jika ada alasan tertentu seperti alasan keselamatan atau berbagi tugas.

            Dewasa ini, memang kesetaraan gender di banyak kalangan sudah mengalami kemajuan cukup pesat. Bukan rahasia lagi bahwa banyak perempuan terbukti mampu menjadi pemimpin, banyak perempuan mampu bekerja di lapangan, banyak perempuan yang sudah diberi kesempatan sekolah setinggi-tingginya serta mendapat hasil cukup memuaskan. Sebaliknya, kaum laki-laki juga banyak yang sukses menjadi koki di restoran terkenal, menjadi guru (setiap hari berinteraksi dengan anak-anak), dan pekerjaan lainnya yang tidak begitu menuntut kekuatan fisik. Nah, terbukti jika bidang-bidang tersebut adalah masalah minat, bakat, dan kemampuan bukan masalah pria atau laki-laki. Jadi, apa bedanya tentang memasak di dapur dan membuat secangkir kopi? Perempuan atau laki-laki pasti ada yang menyukainya atau tidak menyukainya. Lain halnya soal jenis kelamin dan kodrat sebagai perempuan (melahirkan dan menyusui). Hal tersebut tentu saja hal alami yang sudah diatur Tuhan yang Maha Esa.

            Sekarang, mari kita lihat bagian perempuan yang berasal dari kalangan pendidikan rendah dan tingkat ekonomi rendah. Mereka kebanyakan hanya mampu bermimpi tanpa bersuara. Mereka juga tetap membangun dan menyokong pembangunan dari sikap diamnya. Tanpa banyak bicara, “perempuan-perempuan perkasa” ini mengasuh anak, mencari nafkah dengan berbagai cara, dan seringkali masih ditambah dengan perlakuan-perlakuan kurang menyenangkan dari suami dan orang-orang sekitar. Perempuan-perempuan yang tegar ini tidak mengatakan apa-apa ketika nasib membawanya ke area ketidakadilan. Suami-suami duduk dan minum “tuak” di kedai sedang sang istri menjadi pencari nafkah sekaligus pengasuh anak. Hal-hal seperti ini masih sering kita jumpai di pedesaan. Untunglah, sebagian orang menjadi termotivasi untuk lebih tekun bekerja setelah anaknya diterima di perguruan tinggi negeri. Jadi, perempuan-perempuan pahlawan kita ini juga belum berhenti bermimpi dan berusaha. Mereka bermimpi agar anak-anaknya meneruskan mimpi indahnya yang mustahil diteruska. Mereka bermimpi agar suaminya menghormati istri dan bersama-sama mewujudkan impiannya.

            Perempuan adalah potensi yang unik. Mereka sangat produktif terutama dalam perekonomian di pedesaan. Perempuan adalah sumber daya manusia yang tidak boleh disia-siakan. Perempuan adalah potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, budaya, pendidikan, negara, dan lain-lain. Semua orang memiliki hak yang sama dalam mengenyam pendidikan sehingga baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk maju. Oleh karena itu, biarkanlah perempuan memiliki mimpi yang tinggi. Berilah mereka pelatihan, maka mereka akan sabar dan tekun mempelajari keterampilan yang mereka yakini dapat menjadi modal hidup yang lebih baik.

            Dengan pendidikan tinggi dan kebebasan menunjukkan kebolehan, diharapkan perempuan lebih produktif dalam menyumbangkan kemampuannya di berbagai bidang atau sektor. Dengan adanya sumber daya yang potensial tersebut, Indonesia akan akan lebih kuat dan maju karena disokong oleh kemampuan yang baik dari seluruh rakyatnya, yaitu laki-laki dan perempuan secara bersama-sama.

            Hal yang cukup membanggakan kita, sudah banyak perempuan Indonesia yang telah menunjukkan kemampuannya secara nasional maupun internasional. Perempuan-perempuan berbakat itu telah dapat menginspirasi Indonesia bahkan membuka mata dunia internasional. Perempuan-perempuan yang memegang tonggak sejarah Indonesia, antara lain R. A. Kartini, Cut Nyak Dien, dan lain-lain. Perempuan-perempuan yang mampu menjadi pemegang rekor sukses dalam berbagai sektor, seperti Megawati Soekarno Putri ( dulu beliau menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia), Agnes Monica dan Anggun C. Sasmi (selebritis yang mampu merambah ranah internasional dan menjadi api inspirasi bagi banyak kalangan muda). Di kancah internasional, sebut saja nama Oprah Winfrey.

            Saatnya perempuan bangkit untuk berani membina jaringan, menyusun strategi dan berani bersuara dan unjuk diri. Tunjukkan potensi yang kita miliki pada dunia baik dari lingkungan kerja maupun dari rumah. Kita harus mampu mengajak pria untuk bekerjasama dan mendukung kita untuk mengembangkan kemampuan yang kita miliki. Dengan kerja sama, kemajuan dapat tercipta sesuai harapan kita bersama. Semangat perempuan Indonesia dan jangan pernah berhenti bermimpi dan berusaha! Tentunya, tanpa melupakan peran kita sebagai seorang istri maupun sebagai anggota keluarga.

#OneDayOnePost
#EstrilookComunity
#Day 9


0 comments:

Post a Comment

About Me

Seorang ibu muda, guru, penulis
Powered by Blogger.