The Prince of Macazar



Mimpiku ada di sana. Bersama cinta dan harapanku…
Dia yang terlahir bersama cinta, kematian dan cahaya, akan menjadi pemimpin berikutnya negeri macazar…


Bab I

Mobil berhenti sejenak. Egata mengintip melalui kaca jendela mobil, melihat sekeliling jalan yang terlihat begitu memprihatinkan. Sejumlah pokok kopi cokelat tampak berkerumun di lahan pinggir jalan dan beberapa pemakaman yang unik. Setiap makam ini memiliki bentuk berbeda dan dihiasi gambar atau patung.

            Itu saja! Tidak ada lagi yang menarik bagi Egata.

            “Masih jauh, Pak?”

            “Masih. Ini masih di Pangaribuan.”
            
            Bahkan, Pangaribuan pun Egata tidak tahu. Dia hanya tahu Doloksanggul tanah kelahirannya, Medan tempat kuliah dan tempat kerjanya, Kampung Pon tempat PPL-nya,  dan Sidikalang tempat neneknya. Oh iya, Samosir tempat tinggal kakaknya yang sering jadi tujuan liburannya.

            Tak ada satu pun rumah di sepanjang jalan menanjak itu. jalan yang sempit, curam, dan rusak itu memang sangat tidak sebagai jalan menuju sebuah universitas ternama. Universitas unik yang banyak dibicarakan karena begitu banyaknya yang dikeluarkan setiap tahun, tetapi berkali lipat lagi yang mencoba masuk setiap tahunnya karena begitu keluar dari sana mereka dapat dikatakan menjadi bintang di bidang masing-masing. Konon, pemerintah tidak pernah berhasil membuka jalan lain ke daerah itu.

            Egata mendesah. Tubuhnya lelah, pikirannya lelah, dan hatinya juga lelah. Jalanan sungguh tidak bersahabat sehingga setiap kali harus menggoncang dirinya hingga kadang terasa terlempar ke atas beberapa centimeter.

Garoga! Universitas Dam Garoga. Itu adalah nama tempat yang menjadi tujuannya sekarang. Nama yang diagung-agungkan oleh Junior. Di tangannya terlipat peta yang ditinggalkan oleh Junior untuknya. Untuk apa, keluhnya dalam hati. Toh, Egata naik bus dan supirnya tahu di mana kampus itu berada.

“Kita hampir tiba. Tolong periksa barang bawaan Anda Nona!"

Egata melirik ke luar. Perkampungan sudah lewat, lalu gedung-gedung sekolah. Lalu, jalanan kosong dan lengang.

 Beberapa menit kemudian, bus berhenti. Dengan tubuh yang kelelahan dan lapar, Egata menyeret tubuhnya sendiri dan turun dari bus yang cukup tinggi itu. Egata harus menghela nafas lagi setiap kali ada hal yang terasa tidak begitu dia suka. Tidak ada apa-apa di sini. Hanya ada pintu gerbang dan gedung kampus yang kelihatan sedikit. Selain itu adalah pohon, ladang, dan padang rumput dengan latar belakang perbukitan.

Aku dilempar ke tempat yang sama sekali tidak kukenal. Aku mendapat beasiswa, tetapi aku juga ingin menulis. Tetapi, menulis apa? Semua hal di sini membosankan.

            “Semua hal di kampus itu adalah keajaiban. Pelajarilah semua tempat, kunjungilah semua tempat, dan berikan cerita menarik tentang sekolah dan tempat luar biasa itu!”

            “Di mana itu?”

            “Di Garoga.”

            “Tetapi, aku ingin melihat Makassar Jun. aku ingin melihat tempat tinggalmu yang luar biasa yang penuh dengan keajaiban yang kamu ceritakan.”

            “Percayalah. Jika ingin ke Macazar, kamu harus dapat memasuki Universitas Dammazar dulu.” Jun selalu mngulang-ulang kalimat itu.

            “Bukankah Makassar itu di luar Sumatera Utara? Garoga itu masih di Sumatera Utara Jun. Apa hubungannya?”

            Jun menatapku sambil tersenyum. “Macazar ada di sini. Di hatiku. Aku selalu membawanya. Aku ingin memberikannya padamu jadi ikuti saja kata-kataku. Apa pun yang terjadi aku akan membuatmu masuk ke sana karena aku akan menghadiahkan segala keajaiban itu untuk princess-ku.”

            Hentikan Jun! Egata membatin. Memang tidak seharusnya gadis ini selalu membayangkan atau sekedar mengingat Jun. Pria itu sudah jauh dan tidak akan terjangkau oleh tangannya lagi.

            Egata melanjutkan langkahnya. Koper abu-abu itu ditarik dan tangan kirinya menenteng sebuah kardus berisi anjing kecil kesayangannya. Pintu gerbang yang menjulang dan pagar-pagar besi serta tembok-tembok mirip menara-menara istana yang sepertinya sudah begitu tua mengelilingi kampus ini. di kejauhan, di balik tembok-tembok itu terdapat rumah-rumah penduduk yang bergaya pedesaan dan saling berjauhan. Beberapa mahasiswa duduk sambil membaca atau tertawa di bawah pohon rindang yang tumbuh satu-satu di dekat gedung-gedung kampus.

            Hah? Tempat luar biasa apa? Tidak ada yang luar biasa kecuali boleh membawa hewan peliharaan. Ya, Jun memang mengatakan itu sehingga Egata nekat membawa anjingnya.

            Angin kencang menerpa Egata dan memberantakkan rambutnya yang terurai. Seekor kupu-kupu kecil melintas dari hadapan gadis berambut panjang ini. Matanya mengikuti ke mana arahnya pergi. Jauh dan semakin jauh hingga ke bangunan kecil yang terlihat jauh di sana, di tengah-tengah padang, di bawah sebatang pohon. Hatinya terenyuh dan tanpa sadar menitikkan airmata. Ah, aku pasti teringat lagi pada Jun, pikirnya.

Seorang pria mendekati Egata.

“Ada apa? Apa yang kamu lihat?”

“Bangunan apa itu?”

“Coba tebak!”

“Hmm…makam?” Egata menjawab dengan ragu-ragu.

“Kamu benar!”

“Aneh sekali. Makam itu terlihat biasa, tetapi aku…aku bisa merasakan keagungan dan sekaligus rasa yang sangat sedih di hatiku.”

Pria itu menatap Egata dengan ekspresi misterius. “Kemarilah! Aku akan mengantarmu ke ruang pendaftaran. Setelah itu, kamu akan dapat kamar asramamu.”

Egata masih menatap makam itu dari kejauhan. Beberapa detik kemudian, diseretnya koper di tangan kirinya untuk mengikuti pria itu sebab pikirannya tidak dapat menyimpulkan apa-apa.
(Bersambung...)


#OneDayOnePost
#EstrilookComunity
#Day 12

18 comments:

  1. Ditunggu lanjutannyaaa! Keren :D Salam kenal, ya :)

    ReplyDelete
  2. lanjut kakak.... jadi penasaran nih....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dah kubuat ya The Prince of Macazar bagian 2 di blog ini kk

      Delete
  3. Nice story,, tapi say maaf nih kn awal cerita Agata naik mobil tp kok pas turun dari bus besar???

    ReplyDelete
  4. Maaf mbak. Di daerah ini menyebut bus besar kadang dengan kata mobil juga. Hehe

    ReplyDelete
  5. lanjut mba ceritanya....

    ReplyDelete
  6. Sip mb...kelanjutan sambungan ceritanya lagi ya ditunggu.

    ReplyDelete
  7. Menarik ceritanya, ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  8. Seru banget, Mbak. Saya masih nunggu lanjutannyam Jangan lama-lama yaaa.

    ReplyDelete
  9. Makam sispa ya? Bikin penasaran. Ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  10. Wah, kaya mau jadi cerita horor, nih,lanjutkan

    ReplyDelete

About Me

Seorang ibu muda, guru, penulis
Powered by Blogger.